Pelaksanaan UN (Ujian Nasional) 2012 telah dimulai, segala upaya dan usaha selama hampir 3 tahun di SMA Negeri Ambulu akan berakhir disini. Ini merupakan titik "puncak" penentu kita semua. Tidak hanya untuk kelas XII IPA 2, namun untuk seluruh kelas XII di seluruh Indonesia beserta 13 sekolah Indonesia di luar negeri lainnya. Beberapa gejolak muncul di pelaksanaan UN 2012 ini, mulai dari pengawasan yang semakin ketat, jumlah soal dan jawaban yang ngepas serta kode soal yang berbeda beda dan posisinya berbeda pula tiap saat.
Raut tegang nampak di wajah seluruh siswa kelas XII, termasuk dari Oksida XII IPA 2. Belum tanda bel masuk, semua telah masuk kelas dengan rapi, bercanda bersama untuk melepas tegang. Pelajaran pertama kali ini adalah Bahasa Indonesia, dilanjutkan dengan Bahasa Inggris bersama Fisika, Rabu 18 April adalah Matematika dan diakhiri dengan Kimia feat Biologi. Untuk hari pertama saja, semua mulai tegang apalagi mengetahui kode soal tiap hari berbeda, nggak sama dengan susunan sebelumnya. Bahkan, sekolahan baru memberitahukannya pagi Senin 16 April 2012, hal ini membuat semua siswa panik dan tegang.
Pelaksanaan berjalan cukup lancar, walaupun muncul beberapa kendala dalam mengerjakan soal yang relatif sulit tersebut. Raut tegang semakin terlihat di akhir waktu, 10 menit terakhir semua semakin kebingungan, bahkan ada beberapa teman yang belum selesai mengerjakan. Setelah UN bahasa Indonesia berakhir, semua masih berkumpul di kelas.. tampaknya semua masih belum beradaptasi dengan UN semacam ini, bahkan Try Out pun tidak sama jauh dari model ujian semacam ini.
Tingkat kesulitan UN "Jujur" ini, membuat siswa kesulitan dalam menjalani Ujian, pasalnya tidak semua siswa telah mampu mengerjakan soal soal UN, karena tampaknya guru kurang memperhatikan kemampuan siswa, namun hanya mementingkan ketuntasan mengajar.
UN merupakan penentu, namun tidak seimbang dengan apa yang diusahakan siswa selama beberapa tahun. Percuma dan sia sia usaha dan perjuangan siswa, jika hidup mati hanya ditentukan oleh UJIAN NASIONAL semata. Kecurangan bermunculan bukan hanya karena siswa saja, namun pemerintah juga patut disalahkan, Kemendikbud belum saatnya menggalakan UN semacanm ini, sebaiknya mereka juga memperhatikan kualitas sistem dan pola pendidikan di Indonesia daripada mengutamakan kredibiltas UN.